Apa
sebenarnya takdir itu?
Terkadang aku suka bingung tentang takdir dalam hidupku.
Aku selalu mengira bahwa apapun yang terjadi dalam hidupku adalah takdir. Terkadang
takdir membuatku pasrah dengan keadaan. “Ah
sudahlah itu sudah takdir” . Sehingga aku suka menenangkan diriku sendiri dengan
bersandarkan pada takdir ketika aku mengalami suatu kegagalan. Namun semua
pandanganku tentang takdir berubah ketika aku mempelajari tentang takdir secara
mendalam.
Pada
mata kuliah tauhid aku mendapat bagian untuk membuat makalah tentang konsep
takdir dalam peningkatan mutu sumber daya manusia. Oleh karena itu aku mulai
membaca banyak buku tentang takdir. Dari situlah aku mulai mengerti apa itu
takdir sebenarnya. Bersumber dari buku tauhid yang di terbitkan oleh Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga inilah pengertian takdir: Takdir adalah “hukum Allah”. Hukum
yang ditetapkan
berdasarkan pada kekuatan, daya, potensi, ukuran, dan batasan yang ada pada
sesuatu yang ditetapkan hukumnya.
Untuk
penjabarannya, aku ambilkan dari makalah yang telah aku buat sebelumnya, yaitu
makalah yang sudah aku presentasikan di kelas PGMI A pada hari Senin kemarin
yaitu tanggal 7 November 2016: Takdir Allah memiliki arti yang sama dengan
qadla yaitu “hukum” yang bersifat rinci. Ini berarti bahwa takdir Allah bersifat
rinci dan detail (tafshiliy) bukan
global (ijmaliy), juga tidak
bertingkat-tingkat seperti azali, tsanawi
atau hauli, ‘umri, yaumi, dan ilmi, kitabi atau kitabah, musyiah dan khalqi, akan tetapi terus berlangsung
dan berlanjut setiap saat di setiap tempat atau azali (لم يزل ).
Semua takdir Allah diketahui,
ditulis, dikehendaki, dan dicipta oleh Allah dalam bentuk “Program Besar
Allah”. Semua hal di alam semesta ini berjalan sesuai dengan hukum-hukum Allah.
Hubungan antara takdir dengan sumber daya manusia yaitu takdir manusia baik umur, ajal, rezeki, susah, bahagia,
dan perbuatannya sangat dipengaruhi, ditentukan, dan dibangun oleh begitu banyak hukum atau takdir yang
ada di alam semesta, yang setiap sesuatunya mempengaruhi takdir manusia. Setiap
keadaan manusia adalah takdir yang dibentuk oleh takdir-takdir yang lain. Sehingga manusia harus terus menggali potensi yang di miliki
dengan bekal keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.
Allah telah menentukkan takdir manusia namun kita tidak
boleh pasrah, kita harus terus berusaha melakukan yang terbaik dan memperbanyak
doa, dan
untuk hasilnya
kita serahkan kepada Allah.
Agar kita memiliki keimanan yang
benar terhadap takdir Allah Swt, kita hendaknya perlu meyakini adanya qadla dan
qadar terhadap diri kita dan makhluk-Nya, bertawakal dalam menjalani hidup di
dunia ini dengan berikhtiar dan berdoa, bersabar saat tertimpa musibah dan
bersyukur apabila diberi kenikmatan, serta berbaik sangka terhadap semua peristiwa
yang terjadi.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar